Wednesday, October 28, 2015

Cerpen - Persahabatan

Dewi adalah seorang gadis yang sangat populer baik di lingkungan rumahnya maupun di sekolah. Dia adalah orang sangat pintar, menyenangkan, dan selalu berbuat baik dengan semua orang. Kepopuleran Dewi tersebut tidaklah terjadi secara kebetulan karena sejak dia kecil, Dewi selalu berusaha untuk menjadi orang yang baik dan ramah kepada semua orang yang ditemuinya. Bahkan dia pun mengundang seluruh teman – teman yang ada di sekolah dan lingkungan rumahnya untuk menghadiri pesta ulang tahunnya. Begitu pula saat dia diundang datang ke pesta ulang tahun temannya, dia selalu datang dengan membawa hadiah yang sangat special. 
Dewi terihat seperti seorang gadis yang sibuk dengan teman – temannya yang sangat banyak. Bahkan dia hampir tidak memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama seorang temanpun karena sangking banyaknya teman yang mengelilinginya. Namun, Dewi tetap merasa sangat beruntung karena tidak ada gadis lain seperti dirinya yang memiliki begitu banyak teman di sekolah dan di lingkungan rumahnya.
Namun, semua itu berubah ketika Hari Persahabatan Nasional tiba. Pada hari itu, seluruh orang di sekolah merayakanya dengan sangat gembira bersama sahabat mereka masing – masing. Pada hari itu, setiap orang di sekolah harus membuat tiga hadiah special untuk diberikan kepada tiga sahabat terbaik mereka. Dewi pun merasa senang dengan begitu dia bisa memberikan hadiah kepada sahabatnya. Namun, ketika dia telah memiliki tiga buah hadiah yang akan dia berikan kepada teman – temannya, Dewi merasa bingung untuk memberikan hadiah tersebut kepada siapa karena teman yang dimiliki sangatlah banyak. 
Pada akhirnya Dewi memilih untuk menambah kado tersebut dan membagikannya kepada seluruh teman sekelasnya. Namun, ketika semua hadiahnya telah diberikan kepada teman-teman sekelasnya, tak ada seorang pun yang memberikan kado sebagai hadiah persahabatan kepada Dewi. Dia pun merasa sedih, dan menangis. 
“Bagaimana ini bisa terjadi?, padahal aku memiliki banyak teman, tetapi tak ada satupun yang memberiku hadiah persahabatan,” tangis Dewi dalam kesendiriannya. 
Begitu banyak usaha yang dilakukan oleh Dewi untuk membuat begitu banyak teman, dan pada akhirnya tidak ada satupun yang menganggap dirinya sebagai sahabat mereka. 
Teman – teman sekelasnya datang dan mencoba untuk menghiburnya, tetapi mereka hanya menghiburnya untuk sementara waktu dan kemudian meninggalkannya dan kembali kepada sahabat mereka masing – masing. Hal ini persis seperti apa yang telah Dewi lakukan kepada mereka sebelumnya, datang hanya untuk sesat dan kemudian pergi dengan temannya yang lain. 
Di tengah – tengah kesedihannya itu, Dia menyadari sesuatu bahwa selama ini dia berusaha untuk menjadi teman yang baik sehingga memiliki banyak teman dan kenalan di luar sana, tapi tak seorang pun yang mengagapnya sebagai sahabat sejati. Padahal, dia telah berusaha untuk tidak berdebat dengan siapa pun, ia juga mencoba untuk selalu memperhatikan mereka, tetapi sekarang dia menyadari bahwa hal tersebut tidaklah cukup untuk membuat sebuah persahabatan sejati.
Dewi kemudian pulang dengan perasaan yang sedih. Ketika dia telah sampai di rumah, dia menangis di pelukan ibunya. Dia menceritakan semua masalahnya, dan juga bertanya kepada ibunya di manakah dirinya bisa menemukan seorang sahabat sejati. 
“Mah, aku ingin sekali memiliki sahabat. Beritahu aku dimana menemukan seorang yang benar – benar menganggapku sebagai sahabat,” tanya Dewi dengan berlinang air mata. 
"Dewi, Sayang, kamu tidak bisa membeli sahabat hanya dengan senyum atau kata-kata yang manis saja. Jika kamu benar-benar menginginkan sahabat sejati, maka kamu harus memberikan kasih sayang dan menghabisi watu bersama mereka baik di waktu sedih maupun senang, karena sahabat adalah orang yang selalu berada di sisi kita di saat sedih maupun duka,” jelas ibunya.
"Tapi aku menginginkan semua teman – temanku menjadi sahabat sejatiku! Bagaimana bisa aku membagi waktuku untuk semua orang!” protes Dewi.
"Nak, kau adalah seorang gadis yang cantik dan baik, meskipun kamu memiliki teman yang sangat banyak, kamu tetap tidak bisa menjadi sahabat bagi semua orang karena kamu tidak akan bisa memberikan waktu mu kepada semua orang. Mereka hanya akan menjadi teman dan kenalanmu karena hanya ada didekat mereka saja tidak cukup untuk menjadikanmu seorang sahabat,” jawab ibunya sambil mengelus rambut Dewi.
Mendengar perkataan ibunya, Dewi akhirnya memutuskan untuk mengubah pandangannya tentang teman dan sahabat selama ini.
Malam itu, Dewi berpikir tentang apa yang bisa dia lakukan untuk mendapatkan seorang sahabat di tempat tidurnya. Dia teringat perkataan ibunya bahwa seorang sahabat adalah orang yang selalu berada di sisi dan membantu baik dalam keadaan sedih maupun sulit. Kemudian dia berpikir tentang ibunya. 
Ibunya adalah orang yang selalu membantu dan berada di sisinya baik suka maupun duka. Ibulah yang selalu mendengarkan permasalahan, selalu memaafkan dan juga sangat mencintai dirinya, lalu Dewi tersenyum dan menyadari bahwa selama ini dia sudah memiliki sahabat terbaik yang dia impi – impikan.

No comments:

Post a Comment