A. Harapan
Harapan
berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi,
sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan
demikian, harapan menyangkut masa depan.
Setiap
manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia
itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai
harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan
tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung
pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan
kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan dapat terwujud, maka seseorang
perlu berusaha dengan sungguh-sungguh. Di samping itu, harus pula
mengimbanginya dengan selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan
sarana terkabulnya harapan.
Harapan
berhubungan dengan cita-cita, di mana cita-cita merupakan impian yang
disertai dengan tindakan dan juga diberikan batas waktu. Jadi jika kita
bermimpi untuk menjadi pengusaha yang sukses, maka itu harus disertai
dengan usaha den doa seperti halnya harapan. Jangan hanya berandai-andai
saja. Serta jangan lupa diberikan target waktu sehingga kita punya
timeline kapan hal tersebut ingin kita realiasasikan.
Sejak
kecil kita pasti dinasehati oleh orang tua atau guru untuk
menggantungkan cita-cita setinggi langit. Semua itu memang benar karena
dengan adanya cita-cita atau impian dalam hidup, kita akan membuat
menjadi lebih bersemangat dan lebih bekerja keras lagi untuk menggapai
kehidupan yang lebih baik di dunia.
Cita-cita
yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai melalui kerja keras,
kreativitas, inovasi, dukungan orang lain, dan sebagainya. Khayalan
hasil melamun cenderung tidak logis dan bersifat mubazir karena banyak
waktu yang terbuang untuk menghayal yang tidak-tidak.
Dalam
bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail dan fanatik karena
kita bisa dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai. Sebagai
contohnya adalah seseorang yang punya cita-cita menjadi dokter. Ketika
dia tidak masuk jurusan IPA dia stress, lalu gagal dalam SPMB program
studi kedokteran dia stress, dan seterusnya.
Tidak
semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisa menentukan
cita-cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang yang berguna dan
dicintai orang banyak dengan hidup yang berkecukupan. Untuk mendapatkan
motivasi dalam mengejar cita-cita, kita bisa mempelajari kisah sukses
orang lain, membaca biografi tokoh dan lain sebagainya, atau bisa pula
melihat film motivasi hidup seperti Laskar Pelangi.
Jika
dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak
terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang.
Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu: keduanya
menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan
cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau
meningkat.
B. Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan?
Menurut
kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia
langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yaitu hidup di
tengah-tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada
satu manusia pun yang luput dari pergaulan hidup. Di tengah - tengah
manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang, baik
fisik/jasmani maupun mental/spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong
orang hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu dorongan kodrat dan
dorongan kebutuhan hidup.
- Dorongan Kodrat
Kodrat
adalah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam
diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya
menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan,
dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan
kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya
menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya. Seperti halnya orang yang
menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga
mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton
tidak tertawa, harapan kedua belah pihak menjadi gagal.
Kodrat
juga ada pada binatang dan tumbuhan, karena mereka juga perlu makan,
berkembang biak, dan nantinya akan mati pula. Antara kodrat binatang dan
kodrat tumbuhan, yang mendekati kodrat manusia adalah kodrat binatang,
walaupun sangat banyak juga perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk
itu, adalah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi adalah akal,
kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan.
Sebab jika orang akan memilih, dia harus mengetahui terlebih dahulu
barang yang akan dipilihnya. Dengan budinya itu, manusia dapat
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana
yang salah. Dan dengan kehendaknya, manusia dapat memilih suatu hal dan
mengusahakannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam diri
manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan, dan
kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat, atau hidup bersama
dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
- Dorongan Kebutuhan Hidup
Sudah
kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup.
Kebutuhan hidup itu secara garis besamya dapat dibedakan atas dua hal,
yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
a) Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan
ini menyangkut fisik manusia, bisa berupa sandang, pangan, dan papan,
seperti makan, minum, pakaian, rumah, dan lain sebagainya.
b) Kebutuhan Rohani
Kebutuhan ini menyangkut batiniah manusia, seperti, hiburan, ketenangan hidup, keberhasilan ,dan lain sebagainya.
Untuk
memenuhi kedua kebutuhan tersebut, manusia bekerja sama dengan manusia
lain. Hal ini disebabkan kemampuan manusia sangat terbatas, baik
kemampuan fisik/jasmaniah maupun kemampuan berpikirnya. Dengan adanya
dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai
harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Menurut Abraham Maslow, sesuai dengan kodratnya, harapan manusia atau kebutuhan manusia itu antara lain:
a) Kelangsungan hidup (survival)
b) Keamanan (safety)
c) Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d) Diakui lingkungan (status)
e) Perwujudan cita-cita (self actualization)
a. Kelangsungan hidup (survival).
Manusia
membutuhkan sandang, pangan, dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, manusia sejak kecil telah mulai belajar. Dengan pengetahuan
yang tinggi, harapan memperoleh sandang, pangan, dan papan yang layak
akan terpenuhi.
b. Keamaanan (safety).
Rasa
aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang nampak, secara
moral pun orang lain dapat memberi rasa aman. Dalam hal ini agama sering
merupakan cara memperoleh keamanan moril bagi pemiliknya.
c. Hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (be loving and loved).
Tiap
orang mempunyai hak dan kewajiban. Bila seseorang telah menginjak
dewasa, maka ia merasa sudah dewasa, sehingga saatnya mempunyai
harapan untuk dicintai dan mencintai. Pada usia remaja, biasanya terjadi
konflik batin pada dirinya dengan pihak orang tua. Sebab umumnya
remaja mulai menentang sifat-sifat orang tua yang dianggap tidak sesuai
dengan alamnya.
d. Diakui lingkungan (status).
Setiap
orang membutuhkan status. Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup.
Manusia tentu akan bertanya status keberadaannya, status dalam keluarga,
status dalam masyarakat, dan status dalam negara. Status itu penting,
karena dengan status, orang tahu siapa dia.
e. Perwujudan cita-cita (self-actualization).
Dengan
adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup maka manusia
mempunyai harapan. Karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
C. Kepercayaan
Kepercayaan
berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan
kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan
atau keyakinan akan kebenaran.
Ada
jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena hasil
penyelidikan sendiri, melainkan karena diterima orang lain. Kebenaran
pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang
itu dipercaya. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap
diwahyukan artinya diberikan Tuhan, baik langsung atau tidak langsung
kepada manusia.
Menurut Dr. Yuyun Suriasumantri dalam bukunya “Filsafat Ilmu” sebuah pengantar populer, ada 3 teori kebenaran, yaitu :
1. Teori Koherensi atau Konsistensi
Yaitu
suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat
koherensi atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar.
2. Teori Korespondensi
Yaitu
suatu teori yang menjalankan bahwa suatu pernyataan benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkoresponden (berhubungan)
dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
3. Teori Pragmatis
Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
D. Berbagai Kepercayaan Dan Usaha Meningkatkannya
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
1. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Kepercayaan
kepada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya
kepada diri sendiri pada hakekatnya adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Kepercayaan Kepada Orang Lain
Kepercayaan
kepada orang lain itu sudah tentu percaya kepada terhadap kata hatinya,
atau terhadap kebenarannya. Karena ada ucapan yang berbunyi ” orang
dipercaya karena ucapannya”.
3. Kepercayaan Kepada Pemerintah
Pandangan
demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, dan milik
rakyat. Rakyat adalah negara dan rakyat itu menjelma pada negara.
Seseorang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, dan negara. Hanya
negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, sehingga kedaulatan mutlak
pada negara. Satu-satunya yang mempunyai hak adalah negara. Manusia
perseorangan tidak mempunyai hak, tetapi hanya kewajiban.
Karena
itu jelaslah bagi kita, baik teori maupun pandangan teokratis atau
demokratis negara pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber
kebenaran. Sehingga wajar jika manusia sebagai warga negara percaya
kepada negara dan pemerintah.
4. Kepercayaan Kepada Tuhan
Kepercayaan
kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan
manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan.
Kepercayaan itu amat penting karena merupakan tali kuat yang dapat
menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Kepercayaan berarti keyakinan dan
pengakuan akan kebenaran adanya Tuhan. Oleh karena itu, jika manusia
ingin memohon pertolongan kepadaNya, maka manusia harus percaya kepada
Tuhan.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya
kepada Tuhannya. Usaha itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi,
dan lingkungan. Usaha itu antara lain:
a. meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
b. meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat
c. meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan sebagainya.
d. mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan
e. menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainnya.
No comments:
Post a Comment