Dewi adalah seorang gadis yang sangat populer baik di lingkungan
rumahnya maupun di sekolah. Dia adalah orang sangat pintar,
menyenangkan, dan selalu berbuat baik dengan semua orang. Kepopuleran
Dewi tersebut tidaklah terjadi secara kebetulan karena sejak dia kecil,
Dewi selalu berusaha untuk menjadi orang yang baik dan ramah kepada
semua orang yang ditemuinya. Bahkan dia pun mengundang seluruh teman –
teman yang ada di sekolah dan lingkungan rumahnya untuk menghadiri pesta
ulang tahunnya. Begitu pula saat dia diundang datang ke pesta ulang
tahun temannya, dia selalu datang dengan membawa hadiah yang sangat
special.
Dewi terihat seperti seorang gadis yang sibuk dengan teman – temannya
yang sangat banyak. Bahkan dia hampir tidak memiliki kesempatan untuk
menghabiskan waktu bersama seorang temanpun karena sangking banyaknya
teman yang mengelilinginya. Namun, Dewi tetap merasa sangat beruntung
karena tidak ada gadis lain seperti dirinya yang memiliki begitu banyak
teman di sekolah dan di lingkungan rumahnya.
Namun, semua itu berubah ketika Hari Persahabatan Nasional tiba. Pada
hari itu, seluruh orang di sekolah merayakanya dengan sangat gembira
bersama sahabat mereka masing – masing. Pada hari itu, setiap orang di
sekolah harus membuat tiga hadiah special untuk diberikan kepada tiga
sahabat terbaik mereka. Dewi pun merasa senang dengan begitu dia bisa
memberikan hadiah kepada sahabatnya. Namun, ketika dia telah memiliki
tiga buah hadiah yang akan dia berikan kepada teman – temannya, Dewi
merasa bingung untuk memberikan hadiah tersebut kepada siapa karena
teman yang dimiliki sangatlah banyak.
Pada akhirnya Dewi memilih untuk menambah kado tersebut dan
membagikannya kepada seluruh teman sekelasnya. Namun, ketika semua
hadiahnya telah diberikan kepada teman-teman sekelasnya, tak ada seorang
pun yang memberikan kado sebagai hadiah persahabatan kepada Dewi. Dia
pun merasa sedih, dan menangis.
“Bagaimana ini bisa terjadi?, padahal aku memiliki banyak teman, tetapi
tak ada satupun yang memberiku hadiah persahabatan,” tangis Dewi dalam
kesendiriannya.
Begitu banyak usaha yang dilakukan oleh Dewi untuk membuat begitu banyak
teman, dan pada akhirnya tidak ada satupun yang menganggap dirinya
sebagai sahabat mereka.
Teman – teman sekelasnya datang dan mencoba untuk menghiburnya, tetapi
mereka hanya menghiburnya untuk sementara waktu dan kemudian
meninggalkannya dan kembali kepada sahabat mereka masing – masing. Hal
ini persis seperti apa yang telah Dewi lakukan kepada mereka sebelumnya,
datang hanya untuk sesat dan kemudian pergi dengan temannya yang lain.
Di tengah – tengah kesedihannya itu, Dia menyadari sesuatu bahwa selama
ini dia berusaha untuk menjadi teman yang baik sehingga memiliki banyak
teman dan kenalan di luar sana, tapi tak seorang pun yang mengagapnya
sebagai sahabat sejati. Padahal, dia telah berusaha untuk tidak berdebat
dengan siapa pun, ia juga mencoba untuk selalu memperhatikan mereka,
tetapi sekarang dia menyadari bahwa hal tersebut tidaklah cukup untuk
membuat sebuah persahabatan sejati.
Dewi kemudian pulang dengan perasaan yang sedih. Ketika dia telah sampai
di rumah, dia menangis di pelukan ibunya. Dia menceritakan semua
masalahnya, dan juga bertanya kepada ibunya di manakah dirinya bisa
menemukan seorang sahabat sejati.
“Mah, aku ingin sekali memiliki sahabat. Beritahu aku dimana menemukan
seorang yang benar – benar menganggapku sebagai sahabat,” tanya Dewi
dengan berlinang air mata.
"Dewi, Sayang, kamu tidak bisa membeli sahabat hanya dengan senyum atau
kata-kata yang manis saja. Jika kamu benar-benar menginginkan sahabat
sejati, maka kamu harus memberikan kasih sayang dan menghabisi watu
bersama mereka baik di waktu sedih maupun senang, karena sahabat adalah
orang yang selalu berada di sisi kita di saat sedih maupun duka,” jelas
ibunya.
"Tapi aku menginginkan semua teman – temanku menjadi sahabat sejatiku!
Bagaimana bisa aku membagi waktuku untuk semua orang!” protes Dewi.
"Nak, kau adalah seorang gadis yang cantik dan baik, meskipun kamu
memiliki teman yang sangat banyak, kamu tetap tidak bisa menjadi sahabat
bagi semua orang karena kamu tidak akan bisa memberikan waktu mu kepada
semua orang. Mereka hanya akan menjadi teman dan kenalanmu karena hanya
ada didekat mereka saja tidak cukup untuk menjadikanmu seorang
sahabat,” jawab ibunya sambil mengelus rambut Dewi.
Mendengar perkataan ibunya, Dewi akhirnya memutuskan untuk mengubah pandangannya tentang teman dan sahabat selama ini.
Malam itu, Dewi berpikir tentang apa yang bisa dia lakukan untuk
mendapatkan seorang sahabat di tempat tidurnya. Dia teringat perkataan
ibunya bahwa seorang sahabat adalah orang yang selalu berada di sisi dan
membantu baik dalam keadaan sedih maupun sulit. Kemudian dia berpikir
tentang ibunya.
Ibunya adalah orang yang selalu membantu dan berada di sisinya baik suka
maupun duka. Ibulah yang selalu mendengarkan permasalahan, selalu
memaafkan dan juga sangat mencintai dirinya, lalu Dewi tersenyum dan
menyadari bahwa selama ini dia sudah memiliki sahabat terbaik yang dia
impi – impikan.
No comments:
Post a Comment