Thursday, January 9, 2014

Hal Penting Yang Manusia Pelajari Waktu Kecil, Namun Berbeda Saat Dewasa

1. Perang
Saat kecil, kita belajar Agama ataupun Pancasila, kita diajarkan untuk saling menghormati dan menghargai segala perbedaan, karena Negara kita terdiri dari banyak suku dan budaya. Kita juga diajarkan untuk tidak mudah terpancing atau terhasut oleh oknum-oknum tertentu.

Di Indonesia saja, saat kita menonton berita, hampir setiap hari terjadi kasus tawuran entah antar Pelajar, Supporter sepak bola, atau antar suku. Kalian berpendidikan dan mempunyai pengalaman hidup, kenapa dengan bodohnya gampang terhasut dan terprovokasi. Apa yang sebenarnya anda dapatkan dari kegiatan ini?

2. Pengemis yang pura-pura cacat
Saat kita kecil dulu, kita di ajarkan untuk tidak meminta-minta pada orang, kita di ajarkan juga untuk bekerja keras guna memenuhi kebutuhan kita. Dan tidak lupa kita di ajarkan juga untuk memberi sedekah kepada mereka yang tidak mampu. Namun saat ini, Pengemis telah menjadi sebuah profesi yang mampu menghasilkan puluhan juta dalam sebulan, jauh melebihi gaji seorang akuntan atau bisa setara dengan gaji Manager.

ketika kita berada di pinggir jalan atau lampu merah, kita akan dengan mudah menjumpai mereka. Memang ada beberapa yang wajib kita beri. Namun bila saya melihat dari segi umur yang masih muda serta anggota tubuh yang lengkap, kenapa tidak bekerja sebagai kuli bangunan, pembantu rumah tangga, atau belajar keterampilan lainnya. Itu jauh lebih mulia daripada sekedar meminta-minta.

3. Pembalakan liar

Saat SD (Sekolah Dasar) kita belajar pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan dijelaskan bahwa Indonesia kaya akan hutan dan perpohonan di setiap pulaunya. Dan tugas generasi muda untuk menjaganya agar tidak rusak.

Luas hutan di Indonesia sendiri mencapai 133 juta ha (hektar are) di 33 kota serta mencakup kawasan suaka alam, hutan lindung, dan hutan produksi. Pada tahun 2013 saja, Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan mengatakan bahwa 60 persen hutan di Indonesia rusak akibat ketidakpedulian masyarakat, serta hutan yang beralih fungsi sebagai kota. Itu belum termasuk pembalakan liar. Jadi bisa anda pikirkan di Indonesia sudah minim tempat resapan air dan wajar bila sering terjadi banjir dan longsor.

4. Korupsi
Tidak di sekolah ataupun dirumah, Saat kecil sampai sekarang pun kita diajarkan untuk tidak mengambil sesuatu yang bukan milik kita. Kita diajarkan juga untuk tidak berbohong dan selalu mengembalikan barang yang kita pinjam dan tidak lupa mengucapkan terima kasih. Namun saat kita dewasa, banyak sekali kesempatan dan godaan yang membuat kita ingin lebih dan lebih lagi. Contohnya satu proyek dengan anggaran 100 juta akan kita laporkan pada pusat sebesar 200 juta. kemudian akan terus berlanjut pada proyek selanjutnya dan akan masuk ke nilai milliar bahkan trilliunan. Namun apakah anda tahu bahwa uang yang anda ambil itu bukan milik anda? bila anda tahu kenapa masih dilanjutkan?

Saat saya kecil dulu, saya pernah ketahuan mencuri uang milik orang tua, mereka tidak memukul saya. Namun mereka mengatakan satu hal padaku “Jangan pernah mengambil sesuatu yang bukan milikmu, Bila kau ingin menginginkan barang tersebut, bekerja keraslah sampai kau memiliki uang yang cukup untuk membeli barang tersebut. Karena saat kau mendapatkanya dengan hasil keringat sendiri, maka rasa memiliki akan timbul dalam dirimu”.

5. Budaya Antri
Peraturan untuk antri sendiri dilakukan agar suatu proses berjalan tertib dan terstruktur. Saat kecil kita diajarkan oleh Orang tua atau Guru kita untuk selalu tertib dengan cara antri. Saat ini anda dapat melihat di berita saat ada pembagian zakat atau sembako gratis. Selalu ada korban yang pingsan bahkan meninggal. Dan lagi-lagi panitia penyelenggara yang akan disalahkan atas kejadian ini. Namun bila mereka mau tertib dan menunggu antrian, mungkin kejadian tersebut tidak akan terjadi. Satu hal lagi jumlah panitia tidak sebanding dengan mereka yang antri untuk zakat.

Sebenarnya budaya mengantri dilakukan selain agar pembagian menjadi tertib dan teratur, juga untuk melatih kesabaran kita dalam mencapai sesuatu. Namun saat kita dewasa pola pikir berubah, kita semua menjadi tidak sabar dan mengharapkan sesuatu yang instant dan cepat. Kita menjadi lupa bahwa orang di depan atau belakang kita menpunyai HAK yang sama dengan kita.

6. garis lampu lalu lintas
Saat kita memutuskan untuk membuat SIM (Surat Ijin Mengemudi) kita diharuskan mengisi sekitar 50 pertanyaan tulisan. Salah satu pertanyaan bertuliskan, Dimana saya seharusnya berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah?? Jika anda menjawab di belakang garis putih lalu lintas, bearti anda benar.

Namun saat berada di jalan apakah anda menemui hal seperti ini? Kenapa harus maju sampai keluar garis depan bila lampu lalu lintas sedang berwarna merah? Dan saat kita mencoba untuk tertib dengan berhenti sebelum garis lalu lintas, selalu ada pengendara yang membunyikan klakson agar kita maju. Hal ini juga membuat para pejalan kaki yang ingin menyeberang pun menjadi terganggu. Dan parahnya secara tidak langsung, anda telah merebut hak para pejalan kaki untuk melintas.

Dari 6 poin diatas, terdapat kesamaan yaitu manusia memiliki sifat “Serakah” yang luar biasa besarnya. Sifat serakah sendiri tidak mungkin dihilangkan, namun dapat di perkecil. Jika saja kita mau bersabar lebih lama dalam mengapai sesuatu yang kita inginkan. Saya sendiri masih sering berbuat hal seperti diatas, namun saya mau mencoba untuk lebih sabar agar hak orang-orang yang di sekitar tidak saya rebut.

Sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/52ccce1ebdcb17f17a8b46d0

No comments:

Post a Comment