SURABAYA
- Kematian singa Afrika koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS) bernama Michael
masih menjadi tanda tanya. Sebab, selain kematian yang mendadak, posisi Michael
saat meregang nyawa juga tak wajar. Lehernya tergantung terjerat sling baja di
kandangnya. Posisinya berdiri dengan dua kakinya.
Direktur Operasional Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS drh Liang Kaspe
mengatakan, sehari sebelum tewas, hewan tersebut masih lincah. Nafsu makannya
pun masih normal. Bahkan, sejak dua bulan lalu menghuni KBS, singa itu tak
pernah sakit dan ditemukan tanda-tanda penyakit di tubuhnya. "Singa itu
sangat prima," tegas Liang.
Ada kemungkinan hewan tersebut dibunuh. Sebab, ketika tewas, singa itu terlilit
kawat baja yang digunakan untuk membuka pintu. Berdasar data yang dihimpun,
sling tersebut terbuat dari baja sehingga sifatnya tidak elastis. Selain itu,
sling tersebut tersimpul rapat di sebelah pintu. Menurut Liang, janggal jika
singa itu bermain tali tersebut. "Tidak
mungkin tiba-tiba singa bermain sling tersebut. Talinya terkunci rapat,"
ucapnya.
Mengenai kawat baja, Liang mengakui bahwa KBS masih menggunakannya untuk membuka
pintu kandang. Pintu belum bisa dibuka secara otomatis seperti di negara lain. Namun, Liang
mengatakan bahwa sling itu sudah sesuai dengan standar dari luar negeri.
"Ini sudah standar. Sebelum otomatis, semua kebun binatang memakai
sling," jelasnya.
Kejanggalan yang lain tentang kematian Michael adalah waktu kematiannya.
Diduga, hewan tersebut dibunuh saat malam. Sebab, ketika pagi ia sudah
ditemukan tak bernyawa. Liang mengatakan, saat malam tidak ada pawang atau
keeper di kandang. Yang tersisa hanya petugas sekuriti.
Namun, dokter yang sehari-hari bertugas di Rumah Sakit Hewan Setail tersebut
enggan berspekulasi. Dia menyebut kematian singa itu sebagai kecelakaan.
"Biar pihak berwajib yang menyelidiki," tuturnya.
Dalam 3 bulan terakhir, tercatat 50 ekor hewan yg terbunuh di KBS, sebelumnya
ada Harimau Sumatra bernama Melani yg kritis kondisinya dan terancam
Euthanasia, pada 4 April ada Harimau Jantan bernama Rozek yg juga tewas di KBS
karena sakit paru-paru, pada tahun sebelumnya seekor jerapah juga mati dengan
plastik sebesar bola voli ditemukan dalam perutnya.
Kebun binatang semestinya menjadi tempat berwisata sekaligus edukasi bagi
pengunjungnya. Namun reporter media Inggris, Richard Shears, dari Daily Mail,
begitu terkejut ketika berkunjung ke Kebun Binatang Surabaya (KBS). Menurut
reporter veteran itu, KBS adalah kebun binatang maut yang tidak memperlakukan
hewan-hewan di dalamnya dengan baik.
Shears, dalam laporannya di Daily Mail, 26 Desember 2013, menuliskan kondisi
miris para hewan di kebun binatang terbesar di Surabaya itu. Dia menyebutkan
seekor gajah muda dengan rantai di tiga kakinya yang menghalangi hewan itu
bergerak dalam kandang.
Tidak hanya itu, Shears secara mendetail menulis rantai tersebut begitu ketat
sehingga membuat kaki si gajah terluka. Ketika berbicara dengan pengurus gajah,
Shears, mengetahui bahwa gajah tersebut dibebaskan satu kali sehari, setiap
sore, selama beberapa jam, sebelum kemudian kembali di rantai dalam kandang.
Tidak hanya gajah, kondisi memprihatinkan juga terlihat di seluruh kebun
binatang. Shears
mengatakan dia melihat 150 ekor pelikan berdesakan dalam kandang sempit.
"Sangat menyedihkan, di Australia saya melihat pelikan bebas terbang dan
di kebun binatang ini, saya menyaksikan para pelikan berdesakan, berbagi kolam
kecil. Ruang gerak mereka begitu sempit, sehingga mereka tidak bisa melebarkan
sayap," tutur Shears.
Selain itu, Shears juga menulis kondisi miris seekor unta yang dibiarkan begitu
kurus sehingga tulang-tulangnya menonjol, berbalut kulit. Ada seekor kera
capuchin yang wajahnya terlihat begitu memelas, seolah memohon untuk dibebaskan
oleh para pengunjung yang berdiri di luar kandangnya. Riset yang dilakukan
Shears mengungkap sebanyak 50 ekor hewan telah mati dalam tiga bulan
terakhir.
Tony Sumampau, mantan manajer Kebun Binatang Surabaya, yang sempat diwawancarai
Shears mengakui, kebun binatang tersebut memang kekurangan dana. Selain itu,
pemilik kebun binatang lebih fokus mengurus toko makanan dan suvenir ketimbang
mengurus semua hewan.
Perhatian dunia terfokus pada Kebun Binatang Surabaya pertama kali pada 2012
ketika ditemukan 20 kg kantung plastik dalam perut seekor jerapah yang tewas.
Beberapa minggu lalu, seekor orangutan bernama Nanik, juga ditemukan mati
dikandangnya akibat tumor pada ususnya. Nanik baru berusia 12 tahun. Sementara
seekor harimau Sumatera dikabarkan tengah sakit parah akibat daging berpengawet
yang dia konsumsi.
Kendati memprihatinkan, juru bicara KBS Agus Supangkat mengatakan sudah
terdapat peningkatan di KBS, dan para hewan yang mati karena usia atau sakit.
Padahal, dari segi arsitektur, tidak ada perubahan berarti di KBS, yang sudah
beroperasi sejak 1916. Atas hal itu, KBS mendapat gelar sebagai kebun binatang
terkejam di dunia. Hal yang ironis karena KBS pernah menjadi kebun binatang
terlengkap se-Asia Tenggara dengan lebih dari 351 spesies satwa berbeda.
Sebenarnya pemerintah Indonesia sudah melakukan investigasi terhadap KBS dan
memerintahkan seluruh binatang disana untuk direlokasi ke kebun binatang lain
agar mendapat perawatan lebih baik. Namun hingga kini, belum ada tindakan
nyata. Beberapa permasalahannya karena kebun binatang lain juga menolak
mengambil binatang dari KBS akibat kondisi mereka yang memprihatinkan.
Dikhawatirkan satwa KBS menularkan penyakit pada satwa lain di kebun binatang
baru.
Di akhir tulisannya, Shears mengajak seluruh pembaca untuk ikut melakukan sesuatu
guna membantu para satwa yang terlantar. "Saya melihat lebih dari 3.000
satwa di Kebun Binatang Surabaya yang dibiarkan mati pelan-pelan. Tapi satu hal
yang pasti, mereka tidak akan mati dalam kondisi bahagia kecuali sesuatu
dilakukan untuk menolong mereka. Saya yakin, jika mereka dirawat dengan baik,
kondisi mereka akan jauh lebih baik,"